Kamis, 02 Maret 2017

Terdapat Lubang Biru di Pesisir Timur Amerika Tengah

Hasil gambar untuk misteri lubang biru

Salah satu keunikan di dunia yang tidak banyak diketahui orang adalah "lubang biru" terbesar yang biasa dikenal dengan nama The Great Blue Hole. Terletak di pesisir timur Amerika Tengah, berbatasan dengan Meksiko, Guatemala dan Honduras. Keunikan lain, warna air di dalam lubang besar itu bisa berubah warna.Lubang ini terletak di dekat pusat Lighthouse Reef dengan bentuk bulat sempurna, lebih dari 1.000 kaki (305 meter) dan dalamnya 480 di kaki (146 meter). Menurut ilmuwan, The Blue Hole adalah hasil dari runtuhan berulang-ulang dari suatu sistem gua batu kapur yang terbentuk selama permukaan laut yang lebih rendah pada saat perjalanan zaman es terakhir.


Hasil gambar untuk misteri lubang biru

Selama jutaan tahun lubang dulunya sebuah gua kering yang besar dan stalaktit dan stalagmit perlahan-lahan mulai terbentuk. Ketika zaman es terakhir berakhir ribuan tahun yang lalu, permukaan air laut naik dan menutupi gua. Kedalamannya menciptakan warna biru nila namun dari atas terlihat bewarna biru gelap dan sesekali biru cerah. Daerah yang lebih dalam di dalam Lubang Biru ini tidak mempunyai kehidupan melimpah karena dindingnya yang membatasi, sehingga mengakibatkan kurangnya sirkulasi air dan cahaya.
Keunikan Glowing Firely di Pantai Toyama, Jepang

Hasil gambar untuk misteri Cumi kunang-kunang di Toyama Bay, Jepang

Setiap tahun, pada bulan Maret dan Juni, sepanjang 14 kilometer garis pantai Toyama Bay, di Jepang, akan berwarna biru saat malam menjelang. Pertunjukan cahaya elektrik ini tidak dibuat oleh tangan-tangan manusia, melainkan sebuah fenomena alam yang disebabkan oleh ribuan cumi bercahaya dikenal sebagai "Glowing Firefly". 

Cumi-cumi Firefly atau Watasenia Scintillans, sebenarnya hidup di kedalaman 1.200 meter di bawah permukaan laut, tapi gelombang yang kuat selama bulan Maret dan Juni yang memaksa mereka naik ke permukaan. 

Sebenarnya cumi-cumi Firefly hanya berukuran panjang tiga inci saja, namun seluruh tubuhnya ditutupi dengan photophores. Photophores yang paling besar hadir di sekitar mata dan di ujung tentakel mereka, sementara photophores yang kecil menutupi seluruh tubuh. Photophores inilah yang menghasilkan cahaya kimia sebagai bioluminescence cumi-cumi itu. Kunang-kunang juga memiliki photophores yang sama, sehingga cumi-cumi ini sering diberi nama "Cumi Kunang-kunang". 



Glowing Firefly Squid alias cumi kunang-kunang.(dok.oddity)

Rabu, 01 Maret 2017

misteri petir abadi catatumbo di Venezuela



Misteri Petir Abadi Catatumbo

 
Orang Venezuela menamakan petir misterius ini sebagai Relampago del Catatumbo atau petir Catatumbo. Disebut Petir Catatumbo karena petir ini terjadi di muara sungai Catatumbo di Danau Maracaibo, Venezuela. Sebenarnya, petir ini sama dengan petir-petir lainnya yang terjadi karena adanya gesekan antar awan yang menimbulkan kilatan-kilatan cahaya dan bunyi gemuruh.
Yang berbeda adalah karena petir ini terjadi sebanyak 140-160 malam dalam setahun, selama 10 jam tiap malamnya, dan terjadi lebih dari 280 kali kilatan dalam 1 jamnya (yang berarti lebih dari 4 kilatan dalam satu menit). Jadi dalam satu malam biasanya terjadi lebih dari 2800 petir. Artinya, dalam satu tahun berarti bisa terjadi sekitar 400.000 petir. Bisa dikatakan ini adalah petir yang cukup "permanen". Bahkan Petir Catatumbo bisa muncul ketika cuaca tidak mendung.

Petir ini sendiri terjadi karena adanya gesekan angin/awan yang berasal dari Pegunungan Andes. Awan petir ini saling bergesekan dan menimbulkan kilatan cahaya yang panjangnya bisa mencapai 5 kilometer. Petir ini sendiri bisa terlihat dalam radius 400 kilometer dan petir ini memiliki intensitas 400.000 ampere. Konon, petir ini adalah pembentuk lapisan ozon yang paling besar di muka bumi.

Kemisteriusan petir Catatumbo ini telah diketahui penduduk setempat berabad-abad tahun yang silam. Namun keanehan terjadi tahun lalu. Untuk pertama kali, fenomena petir tersebut menghilang. Mulai Januari 2010, tidak satupun petir terlihat. Kemudian, secara misterius, ketika diperkirakan fenomena itu telah berhenti, ia kembali dimulai.

Quiroga menduga, perubahan itu bisa saja akibat dari pergeseran dari El Nino ke La Nina, pola cuaca global yang ditandai dengan suhu laut yang luar biasa hangat dan dingin di Samudera Pasifik, timur Khatulistiwa. Para ilmuwan yakin, keajaiban ini juga terganggu karena El Nino menyebabkan kekeringan yang parah di Venezuela.

Studi mengenai Catatumbo Lightning pertama kali dilakukan oleh Melchor Centeno. Kemudian pada tahun 1966 sampai 1970, ilmuwan Andrew Zavrostky melakukan tiga ekspedisi dengan bantuan dari University of Los Andes yang menyimpulkan bahwa areal tersebut akan memiliki episentris di rawa – rawa dari Swamp National Park Juan Manuel de Aguas, Claras Aguas Negras dan Danau Maracaibo bagian barat. Pada tahun 1991, ia juga mengatakan bahwa fenomena tersebut terjadi karena adanya pertemuan arus udara hangat dan dingin di daerah tersebut. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa penyebab untuk kilat terisolasi mungkin karena keberadaan uranium di dasar bebatuan.
Kemudian pada tahun 1997 sampai 2000, Nelson Falcon melakukan beberapa ekspedisi dan menghasilkan model mikrofisika dari Catatumbo Lightning yang mengidentifikasikan bahwa metana lah yang menyebabkan Catatumbo Lightning. Namun saat itu teori ini masih dianggap hanya sekedar spekulasi.